Dampak Penghapusan Jurusan di SMA

Pada tahun 2024 ini terdapat 95 persen SMA di Indonesia sudah menghapus jurusan di sekolah akibat dari penerapan kurikulum Merdeka. Penghapusan jurusan di SMA sudah dimulai secara bertahap sejak 2021, yang mana terdapat 50 % persen SMA sudah menerapkan kurikulum merdeka. Murid tidak lagi dikelompokan ke dalam jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.


Anindito Aditomo, selaku Kepala Badan Standar Nasional Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek menjelaskan, “Dengan menghapus penjurusan di SMA, Kurikulum Merdeka mendorong murid untuk melakukan eksplorasi dan refleksi minat, bakat, dan aspirasi karier, serta kemudian memberi kesempatan untuk mengambil mata pelajaran pilihan secara lebih fleksibel sesuai rencana tersebut”, Kamis (18/7).


Adanya penghapusan jurusan di SMA memberikan keleluasaan murid untuk memilih pelajaran sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan juga karir yang ingin dicapai. Seperti contohnya murid yang ingin berkuliah di kedokteran bisa mengambil jam pelajaran pilihan untuk mata pelajaran Biologi dan Kimia tanpa harus mengambil mata pelajaran matematika tingkat lanjut.


Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Palo Freire dalam buku Pendidikan Kaum Tertindas, yang mana menjelaskan pendidikan tak ubahnya “seperti sistem bank” dimana terdapat keterbatasan ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan para murid. Para murid hanya terbatas pada menerima, mencatat dan menyimpan. Murid dituntut untuk mengikuti jalan pemikiran guru tanpa diberikan kesempatan untuk berfikir kritis, khususnya ketertarikan minatnya.

sumber : (jcomp, freepik)

Kenapa Tidak di Hapus Saja Mata Pelajarannya?

Pada kasus sistem pendidikan di Indonesia, dengan adanya penghapusan jurusan seperti ini juga mengurangi adanya diskriminasi terhadap murid jurusan non-IPA dalam seleksi nasional mahasiswa baru. Kurikulum Merdeka memungkinkan semua murid lulusan SMA dan SMK dapat melamar ke semua program pendidikan (prodi) di perguruan tinggi melalui jalur tes tanpa dibatasi oleh jurusan ketika SMA/SMK.

Pemikiran ini juga relevan dengan Ki Hajar Dewantara terkait konsep pendidikan harus berhamba pada anak. Guru harus berfokus pada kebutuhan dan minat anak. Disisi lain juga guru harus menghormati murid, murid bukan hanya sebatas obyek pengetahuan. Tetapi mereka juga dapat menjadi subyek pengetahuan untuk diakomodasi apa yang diingankan dan dibutuhkan. Guru dari pandangan Ki Hajar Dewantara bertugas menuntun murid menuju tumbuh kembang kodrat anak, dan tentunya setiap anak memiliki kemampuannya masing-masing.


Penghapusan jurusan di lingkup SMA bukan hal yang baru dalam lingkum sistem pendidikan. Salah satu sistem pendidikan terbaik di dunia yaitu finlandia justru membuat gebrakan baru penghapusan semua mata pelajaran sekolah dari kurikulum. Penghapusan mata pelajaran sekolah dari kurikulum, selanjutnya digantikan dengan pembelajaran tentang peristiwa dan fenomena individual dalam format interdisipliner. Murid tidak lagi memiliki kelas individual tentang mata pelajaran seperti geografi, matematika, dan sejarah, tetapi akan mempelajari suatu peristiwa dari perspektif mata pelajaran tersebut. Disisi lain Finlandia juga mengusulkan adanya kegiatan work from cafe yang akan memberikan siswa keterampilan dalam bahasa Inggris dan komunikasi. Sistem yang sudah berjalan sejak tahun 2020 ini diperkenalkan kepada murid yang berusia 16 tahun, dimana mereka diberikan kebebasan memilih sendiri peristiwa atau fenomena tertentu yang ingin mereka pelajari.


One thought on “Dampak Penghapusan Jurusan di SMA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *