Jakarta – Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cirebon, Jawa Barat, menyatakan bahwa Bus Rapid Transit (BRT) telah menjangkau daerah pinggiran dan membantu mobilitas warga di wilayah tersebut.
“Kawasan itu merupakan Kelurahan Argasunya yang lokasinya jauh dari pusat pemerintahan kota setempat.” Ucap Andi Armawan, Kepala Dishub Kota Cirebon, dikutip dari antaranews.com, Minggu (7/1/2024).
Oleh karena itu, menurutnya, kehadiran sarana transportasi terintegrasi seperti layanan Bus Rapid Transit (BRT) dapat memberikan bantuan signifikan bagi warga di Kelurahan Argasunya, Kota Cirebon, memungkinkan mereka bepergian dari satu lokasi ke lokasi lain dengan biaya yang terjangkau.
“Rute yang menguntungkan itu ke Argasunya. Masyarakat sudah bisa merasakan pelayanan transportasi keliling kota dengan biaya Rp5.000 (umum),” imbuhnya.
Andi menyatakan, selain tarif yang terjangkau tiga unit bus BRT yang beroperasi kini dilengkapi dengan fasilitas modern sehingga meningkatkan kenyamanan penumpang dalam perjalanan.
Selain itu, pihaknya berencana untuk menambah jumlah trayek layanan BRT agar rute perjalanan tidak hanya terbatas di wilayah Kota Cirebon saja.
‘Khusus BRT kami sedang kembangkan jalur lain agar tidak hanya di dalam kota saja. Rute sekarang masih 38 kilometer,” ungkapnya.
Andi menuturkan bahwa layanan BRT di Kota Cirebon tidak hanya digunakan oleh warga untuk keperluan sehari-hari, tetapi juga dimanfaatkan sebagai sarana tamasya. Terutama pada akhir pekan, tingkat okupansi dari ketiga bus yang beroperasi selalu mencapai angka di atas 50 persen.
Andi merasa hal ini adalah sesuatu yang wajar, mengingat layanan BRT dioperasikan secara umum untuk mencakup beberapa titik strategis di Kota Cirebon.
“Tingkat okupansi dari koridor bisa penuh kalau ‘weekend’. Di atas 50 persen untuk berwisata,” ucapnya.
Meskipun layanan BRT telah berjalan cukup lama, pihaknya mengakui adanya beberapa kekurangan dalam sarana transportasi tersebut. Salah satunya adalah kurangnya optimalitas pengoperasian armada BRT di Kota Cirebon.
Andi menegaskan bahwa permasalahan ini sedang diidentifikasi secara serius untuk menemukan solusi yang efektif. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan jangkauan dan jumlah armada BRT yang beroperasi di Kota Cirebon.
“Cukup sayang dengan angka Rp1,5 miliar belum bisa memungkinkan 10 bus BRT mengaspal. Kita nanti gandeng provinsi,” tutupnya.