Jakarta – Peretas yang mengklaim memiliki data penumpang PT Kereta Api Indonesia (KAI) meminta pembayaran miliaran rupiah dalam bentuk Bitcoin kepada pemerintah. Insiden peretasan ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait keamanan data dan privasi penumpang.
Pelaku serangan ransomware mengklaim memiliki data pribadi karyawan, penumpang, dan data lainnya tanpa menyebutkan jumlah data yang berhasil dibobol.
Hacker tersebut menyatakan akan menunggu selama 15 hari dan 23 jam, dikutip dari cnbcindonesia.com, Selasa (16/1/2024).
Jika pada periode tersebut uang tebusan belum diterima, pelaku serangan ransomware mengancam untuk menyebarkan data yang berhasil dibobol ke publik.
Pelaku serangan ransomware meminta pemerintah membayar uang tebusan sebesar 11,69 Bitcoin atau lebih dari Rp 7,7 miliar. Permintaan tebusan dalam bentuk mata uang kripto menunjukkan taktik yang umum digunakan oleh para peretas dalam upaya untuk menyulitkan pelacakan dan identifikasi mereka.
PT Kereta Api Indonesia (Persero) memberikan respons terkait isu serangan ransomware yang beredar.
Joni Martinus, VP Public Relations KAI, menegaskan bahwa sampai saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan adanya data KAI yang bocor, sebagaimana yang diberitakan.
“Kami akan tetap melakukan investigasi secara mendalam untuk menelusuri isu tersebut,” tegas Joni.
“Kami juga pastikan bahwa seluruh data KAI aman , dan hingga saat ini seluruh sistem operasional IT, pembelian tiket online KAI, serta layanan Face Recognition Boarding Gate di semua stasiun masih berjalan dengan baik.” tutupnya.