Jakarta – Pemerintah Korea Selatan mengumumkan bahwa reaktor nuklir air ringan eksperimental milik Korea Utara kemungkinan akan beroperasi penuh pada musim panas tahun 2024 mendatang.
Menteri Pertahanan Korea Selatan, Shin Won-sik, menyatakan bahwa Seoul telah mendeteksi adanya tanda-tanda air pendingin yang berasal dari reaktor tersebut sejak musim panas tahun lalu. Berdasarkan temuan tersebut, ia memperkirakan bahwa Korea Utara kemungkinan akan mengaktifkan reaktor nuklir secara penuh dalam kurun waktu satu tahun setelah peristiwa tersebut terdeteksi.
“[Reaktor] saat ini sedang dalam uji coba untuk perbaikan peralatan dan fasilitasnya,” kata Shin, seperti dikutip The Korea Times, Jumat (29/12).
“Diperkirakan akan beroperasi normal pada musim panas mendatang,” dikutip dari cnnindonesia.com, imbuh Shin.
Lebih dari satu dekade yang lalu, Korea Utara memulai pembangunan reaktor eksperimental yang diketahui memiliki kapasitas lebih besar daripada reaktor 5 megawatt yang terletak di Yongbyon.
Reaktor ini digunakan oleh Korea Utara untuk memproduksi plutonium, suatu unsur radioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan untuk senjata nuklir. Sebagai respons terhadap pengembangan senjata nuklir dan kegiatan terkait oleh Korea Utara.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan beberapa resolusi yang memberlakukan sanksi terhadap negara tersebut.
Meskipun demikian, menurut Shin, reaktor nuklir Korea Utara kali ini tidak digunakan untuk memproduksi plutonium. Shin menjelaskan bahwa reaktor nuklir air ringan, dalam konteks ini, umumnya digunakan untuk pembangkit listrik, bukan untuk tujuan produksi plutonium yang terkait dengan senjata nuklir.
“Korea Utara bisa mengujinya untuk memberi daya pada daerah Yongbyon,” ucapnya.
“Jika itu untuk tujuan militer, Korea Utara telah mencoba membuat kapal selam taktis bertenaga nuklir dan reaktor air ringan dapat digunakan untuk uji coba guna mengembangkan reaktor kecil,” ungkap Shin.
Kapal selam bertenaga nuklir adalah salah satu dari lima proyek pertahanan utama yang ditetapkan oleh Korea Utara untuk dikembangkan, sebagaimana diumumkan dalam pertemuan partai pada tahun 2021.
Shin juga mengungkapkan bahwa reaktor yang dimiliki oleh Korea Utara memiliki kemampuan untuk memproduksi tritium, suatu bahan yang digunakan dalam pembuatan bom hidrogen.