Jakarta – Peretas Rusia berhasil masuk ke dalam sistem telekomunikasi Kyivstar, raksasa Ukraina, setidaknya sejak bulan Mei tahun lalu dalam serangan siber yang dianggap sebagai “peringatan besar” bagi Barat.
Di lansir dari reuters “Peretasan tersebut, salah satu yang paling dramatis sejak invasi besar-besaran Rusia hampir dua tahun lalu, melumpuhkan layanan yang disediakan oleh operator telekomunikasi terbesar Ukraina untuk sekitar 24 juta pengguna selama berhari-hari sejak 12 Desember.” Kamis, (4/1/2024).
Dalam wawancara eksklusif, Illia Vitiuk, kepala Security Service of Ukraine (SBU), mengungkapkan rincian mendalam tentang peretasan tersebut. Menurutnya, serangan siber ini menyebabkan kehancuran yang dapat dianggap sebagai “bencana”, dengan tujuan memberikan pukulan psikologis dan mengumpulkan informasi intelijen.
“Serangan ini adalah pesan besar, peringatan besar, tidak hanya bagi Ukraina, namun bagi seluruh dunia Barat untuk memahami bahwa tidak ada seorang pun yang benar-benar tidak tersentuh,” ungkapnya. Dia mencatat Kyivstar adalah perusahaan swasta kaya yang banyak berinvestasi dalam keamanan siber Ukraina.
Serangan tersebut berhasil menghapus “hampir segalanya,” termasuk ribuan server virtual dan PC, menurut Vitiuk. Ia menyebutnya sebagai contoh pertama serangan siber destruktif yang “benar-benar menghancurkan inti dari operator telekomunikasi.”
Selama penyelidikannya, SBU menemukan bahwa para peretas mungkin telah berupaya menembus Kyivstar pada bulan Maret atau bahkan lebih awal, demikian diungkapkan dalam wawancara Zoom pada tanggal 27 Desember.
“Untuk saat ini, kami dapat mengatakan dengan pasti, bahwa mereka sudah berada di sistem setidaknya sejak Mei 2023,” katanya. “Saya tidak bisa mengatakan sekarang, sejak jam berapa mereka memiliki akses penuh: mungkin setidaknya sejak November.”
SBU menilai bahwa para peretas memiliki kemampuan untuk mencuri informasi pribadi, memantau lokasi ponsel, manipulasi pesan SMS, dan mungkin juga mencuri akun Telegram dengan tingkat akses yang telah mereka peroleh.
Juru bicara Kyivstar menyatakan bahwa perusahaan tersebut sedang bekerja sama dengan SBU untuk menyelidiki serangan tersebut. Kyivstar berkomitmen untuk mengambil semua langkah yang diperlukan guna menghilangkan risiko di masa depan. Juru bicara juga menekankan “Tidak ada fakta kebocoran data pribadi dan pelanggan yang terungkap.”
Illia Vitiuk menyatakan bahwa SBU turut membantu Kyivstar dalam memulihkan sistemnya dalam waktu beberapa hari dan berhasil menangkis serangan dunia maya baru yang muncul.
“Setelah terobosan besar, ada sejumlah upaya baru yang bertujuan untuk memberikan lebih banyak kerusakan pada operator,” tegasnya.
Kyivstar merupakan operator telekomunikasi terbesar di antara tiga operator utama di Ukraina. Illia Vitiuk menekankan bahwa sekitar 1,1 juta warga Ukraina, terutama yang tinggal di kota-kota kecil dan desa-desa, bergantung pada Kyivstar sebagai satu-satunya penyedia layanan telekomunikasi di wilayah mereka.
Dia menyatakan bahwa serangan tersebut tidak berdampak besar pada militer Ukraina. Militer Ukraina tidak bergantung pada operator telekomunikasi dan menggunakan apa yang disebutnya sebagai “algoritma dan protokol yang berbeda”.
“Bicara tentang deteksi drone, berbicara tentang deteksi rudal, untungnya tidak, situasi ini tidak terlalu mempengaruhi kami,” tutupnya.
Menjaga keamanan sistem telekomunikasi sangat penting untuk menghindari potensi peretasan dari negara lain. Sistem telekomunikasi yang aman tidak hanya melibatkan perlindungan data dan informasi sensitif, tetapi juga menjamin kelangsungan layanan yang vital bagi negara. Dengan menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat, seperti enkripsi yang baik, pemantauan jaringan yang terus-menerus, dan kebijakan keamanan yang ketat, suatu negara dapat memitigasi risiko serangan siber dan menjaga kedaulatan serta kestabilan sistem telekomunikasinya.