Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menegaskan bahwa Indonesia terus mempertahankan komitmennya dalam upaya mengendalikan perubahan iklim global sambil tetap memperhatikan kepentingan Bangsa Indonesia.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, mengatakan kerja sama menguatkan aksi nyata dan memimpin dengan contoh atau leading by examples dalam penanganan perubahan iklim serta pencapaian target Nationally Determined Contribution (NDC).
“Keberhasilan itu didukung dengan data dan informasi yang akurat, transparan, dan kredibel,” katanya di Jakarta, dikutip dari antaranews.com, Minggu (14/1/2024).
Siti Nurbaya mengungkapkan bahwa hasil perhitungan inventarisasi gas rumah kaca nasional menunjukkan angka sebesar 1.220 metrik ton setara karbon dioksida pada tahun 2022.
Meskipun terjadi peningkatan sebesar 6,9 persen jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya pada 2021, tingkat emisi pada tahun 2022 menunjukkan pengurangan signifikan sebesar 42 persen jika dibandingkan dengan skenario Business as Usual (BAU) pada periode yang sama.
Keberhasilan juga tercatat dalam sektor kehutanan dan penggunaan lahan lain Forestry and Other Land Use (FOLU). Antara tahun 2021 dan 2022, terjadi penurunan deforestasi bersih Indonesia sebesar 8,4 persen.
Menyikapi data ini, Menteri Siti Nurbaya menyatakan bahwa ketika dilihat dari rangkaian data seri selama setiap periode pengamatan, mulai dari tahun 1996 hingga 2000, besaran deforestasi dapat mengalami fluktuasi antara peningkatan dan pengurangan.
Melihat data deforestasi dari periode 1996-2000 hingga pemantauan 2020-2021, terlihat bahwa deforestasi mencapai titik terendah dalam 20 tahun terakhir, yaitu 0,11 juta hektare.
Lebih lanjut, data tahun 2022 menunjukkan penurunan deforestasi yang lebih signifikan hingga 104 ribu hektare, dan tren penurunan ini terus berlanjut pada tahun 2023.
“Kebakaran hutan dan lahan tahun 2023 berhasil ditekan lebih kecil dibandingkan tahun 2019 dengan pengaruh El-Nino yang hampir sama, bahkan kondisi 2023 lebih kering,” tegas Menteri Siti.
Menteri Siti Nurbaya menegaskan bahwa kondisi tersebut telah diantisipasi melalui serangkaian upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan sejak awal tahun 2023.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus konsisten dalam melakukan berbagai langkah preventif, mulai dari pemantauan titik api, penetapan kebijakan, aksi lapangan termasuk tindakan pencegahan dan pemadaman, hingga penegakan hukum.
“Hal itu dapat menjadi indikasi adanya keberhasilan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan yang efektif. Keberhasilan itu dicapai melalui keterpaduan dan kolaborasi para pihak,” imbuhnya.
Menteri Siti Nurbaya menyampaikan bahwa upaya Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca melalui REDD+ telah meraih pengakuan internasional yang terwujud melalui pembayaran berbasis kinerja, atau yang dikenal sebagai Result-Based Payment (RBP).
Indonesia menjadi penerima pembayaran terbesar dengan total komitmen sebesar 439,8 juta dolar AS, di mana dari jumlah tersebut, Indonesia telah menerima pembayaran sebesar 279,8 juta dolar AS.
“Keberhasilan Indonesia dalam mengimplementasikan REDD+ dan menerima Result-Based Payment telah direkognisi oleh UNFCCC dan menjadi contoh baik implementasi skema REDD+,” tutupnya.