PENTINGKAH TIK SEBAGAI MATA PELAJARAN BAGI SISWA?

Pentingkah Pelajaran TIK

Mata Pelajaran TIK atau Teknologi Informasi dan Komunikasi sempat dihapuskan dari daftar mata pelajaran pada kurikulum 2013. Penghapusan ini dilandasi karena beberapa alasan, diantaranya adalah:

  1. Seluruh peserta didik dinilai sudah mampu menggunakan dan mengakses internet di era digital saat ini, sehingga mata pelajaran tersebut dinilai sudah tidak penting lagi berada dalam daftar mata pelajaran pada kurikulum 2013.
  2. Mata pelajaran TIK seharusnya bisa diintegrasikan dengan mata pelajaran dengan mata pealajaran lain, sehingga tidak ada urgensinya untuk dijadikan mata pelajaran tersendiri.
  3. Penggunakan berbagai media digital dan elektronik yang merupakan implementasi dari mata pelajaran TIK seharusnya menjadi basis dalam kegiatan pembelajaran seluruh mata pelajaran, dan merupakan satu mata pelajaran yang berdiri sendiri dan wajib dipelajari.

Alasan-alasan di atas tentu saja relevan dengan keadaan peserta didik di daerah perkotaan, ataupun bagi mereka yang sudah dilengkapi dengan sarana-dan prasarana yang memadai. Akan tetapi, bagaimana dengan peserta didik dari kalangan masyarakat menengah ke bawah yang notabene masih kesulitan untuk mendapatkan akses ke dunia komputer dan internet juga peserta didik yang tinggal di daerah pedesaan, terpencil juga terluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia?


Dampak dari penghapusan mata pelajaran tersebut dari kurikulum sangat besar dirasakan oleh semua pihak mulai dari peserta didik itu sendiri, guru dan juga masyarakat luas. Fenomena yang ada di Masyarakat adalah, peserta didik belum mampu mengoperasikan computer apalagi aplikasi pengolahan data dan kata (Microsoft Excel dan Microsoft Word), padahal dua aplikasi sederhana tersebut sangat fundamental dan esensial dalam kehidupan sehari-hari mulai dari pada dunia pendidikan hingga dunia kerja.


Sungguh merupakan keadaan yang sangat ironis, di era gempuran kemajuan teknologi dimana semuanya dituntut serba digital akan tetapi para peserta didik masih belum mampu dan kesulitan mengoperasikan komputer di tingkat paling sederhana sekalipun. Banyak sekali kegiatan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk membuat makalah atau powerpoint yang membutuhkan komputer sebagai media, tapi disaat yang bersamaan mereka belum mampu menggunakannya.


Kenyataan pahit lain muncul ketika para dewan guru harus melaksanakan ANBK atau Asesmen Nasional Berbasis Komputer dan Olimpiade Sains Nasional yang berbasis online pada saat siswa masih sangat “buta” komputer. Para peserta didik belum mampu mengoperasikannya mulai dari menghidupkan, dan membukan aplikasi yang dimaksud. Hal ini semakin parah sejak adanya pandemi covid-19 yang memaksa semua lini untuk melakukan pembelajaran secara daring.


Premis bahwa seluruh peserta didik bahkan di Tingkat TK sekalipun sudah mampu mengakses internet memang tidak sepenuhnya keliru. Akan tetapi perlu dicermati bahwa mengakses internet dan menggunakan komputer dalam konteks pembelajaran merupakan dua hal yang sangat berbeda. Anak-anak memang sudah familiar dengan internet tapi sebatas dalam tahapan mengakses berbagai sosial media dan juga berselancar dalam mesin pencarian, sedangkan mereka belum familiar sama sekali dengan aplikasi pengolah data dan pengolah angka yang mereka butuhkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran di era digital seperti saat ini.


Berdasarkan uraian diatas, menunjukan bahwa keberadaan mata pelajaran TIK dalam kurikulum masih sangat esensial dan sangat penting adanya. Tidak bijak rasanya mengukur kemampuan peserta didik kita yang sangat beragam dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang berbeda-beda dengan satu ukuran semata. Kebijakan yang diambil sudah seharusnya mampu merangkul dan juga mengakomodir semua pihak.


Sudah seharusnya anak-anak calon penerus bangsa diajari, dididik dan diarahkan dengan benar dan sebagaimana mestinya tentang berbagai ilmu Teknologi, Informasi dan Komunikasi sehingga mereka mampu bersaing di era perkembangan digital yang sangat pesat saat ini. Ironi dimana anak sangat pandai menggunakan media elektronik handphone akan tetapi sangat “gaptek” dalam dunia komputer harus dihilangkan. Mari kita bekali seluruh anak Indonesia dengan softskills yang memadai sesuai dengan perkembangan jaman. Bukan tidak mungkin apabila alasan-alasan penghapusan mata pelajaran TIK akan sangat relevan dengan masyarakat Indonesia, akan tetapi tidak untuk saat ini.